Minggu, 10 Januari 2010

• Membina Pramuka merupakan kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan:
• a. Kepribadian
• b. Pengetahuan dan keterampilan
• c. Kecendrungan/keinginan serta kemampuan, peserta didik sehingga menjadi manusia yang: kreatif, inovatif, pelopor dan mandiri.
Syarat penting dalam membina adalah:
• Mengetahui sifat kejiwaan peserta didik. Sifat-sifat anak usia Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega.
• Mengetahui keinginan / kebutuhan peserta didik.
• Mengetahui latar belakang (budaya, sosial, ekonomi) peserta didik.
• Pembinaan harus menarik minat peserta didik. Di sini materi pembinaan dapat dibungkus dengan lagu, tari, gerak, permainan, perlombaan, ceritera, penugasan, bakti yang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
• Sifat-sifat anggota Pramuka Siaga.
• Senang meniru
• Senang berdendang, menari dan bernyanyi
• Suka dipuji, mudah merajuk
• Senang menceriterakan dan mengadukan apa yang diketahui dan dialaminya.
• Rata-rata masih manja
• Suka berbekal
• Sangat senang bermain

• Cara membina Siaga
• Dilakukan dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut.
• Membina Siaga adalah phase awal dalam pendidikan maka sifat-sifat Pembina Siaga yang tidak tidak bisa dicontoh oleh anak usia Siaga harus tidak dimunculkan di permukaan. Misalnya Pembina merokok, membentak-bentak, berkata agak jorok, dsb.
• Materi pembinaan banyak dibungkus, sehingga menarik (misalnya menceriterakan sifat-sifat kepahlawanan yang perlu dicontoh, dengan sosio drama).
Sifat-sifat Pramuka Penggalang
• Sebagian sifat-sifat Siaga masih ada (variatif masing-masing anak).
• Senang bergerak, senang mengembara
• Usil, lincah, senang mencoba-coba
• Mulai menyukai lawan jenis
• Suka dengan sifat-sifat kepahlawanan
• Suara sudah mulai pecah/ parau bagi penggalang putra.
Cara Membina Penggalang
• Dapat menggunkan sebagian cara-cara membina Siaga (sifatnya situasional)
• Kegiatan yang menantang, pengembaraan (hiking, climbing, camping, ) paling disukai penggalang. Namun demikian harus dipersiapkan dengan teliti faktor keamanannya, dan tidak boleh terlalu sering dilakukan.
• Kegiatan yang mengacu kedisiplinan sangat penting diberikan (misalnya berjenis-jenis PBB dan upacara).
• Rewards dan punishment mutlak harus dilakukan, dan ditegakkan.
• Kehidupan penggalang ada di Regu, oleh karena itu kekompakan, kreativitas, dan disiplin beregu harus dipelihara.
• Pembina lebih banyak “ing madyo mangun karso” (di tengah-tengah membangkitkan kehendak & semangat belajar/ bekerja).

KATA - KATA BIJAK

Andaikan mungkin,
jadilah dirimu bagai sinar mentari, yang menerangi di siang hari dengan sinarnya yang hangat
Jika tidak mungkin jadi sinar mentari,
jadilah bulan yang selalu memancarkan sinar di malam hari
Jika tidak mungkin menjadi rembulan,
jadilah dirimu pohon yang tumbuh kokoh di sisi bukit, kalaulah mungkin jadilah cemara di puncak bukit
Andaikan tidak dapat menjadi pucuk cemara,
jadilah saja semak belukar,
yang tumbuh lebat di sisi bukit.
Jika tidak mungkin,
jadilah perdu,
perdu terbaik di sisi bukit
Andai tak mungkin jadi perdu,
jadilah rumput di lembah,
tetapi rumput terkuat di tepi danau
Tidak semua orang jadi pemimpin,
ada kalanya kita jadi bawahan.
Besar kecilnya kita bukan ukuran.
Apapun yang terjadi,
Dimanapun posisi kita,
jadilah yang terbaik !!!

TEACHING SPEAKING
USING COOPERATIVE LEARNING MODELS

A. What is Speaking ?
Speaking is “An interactive process of constructing meaning that involves producing and receiving and processing information” (Brown, 1994 : Burns & Joyce, 1997).
Speaking is “The process of building and sharing meaning through the use of verbal and non verbal symbols, n a variety of contexts” (Chaney, 1998 : Page 13).

• What Is “Teaching Speaking” ?
Teaching speaking is to learn ESL learners to :
1. Produce the English speech sounds and sound patterns
2. Use word and sentence stress, intonation patterns and the rhythm of the second language.
3. Select appropriate words and sentences according to the proper social setting, audience, situation and subject matter.
4. Organize their thoughts in a meaningful and logical sequence.
5. Use language as a means of expressing values and judgments.
6. Use the language quickly and confidently with few unnatural pauses, which is called as fluency. (Nunan, (2003).

• How To Teach Speaking
Now many linguistics and ESL teachers agree on that students learns to speak in the second language by “interacting”. Communicative language teaching and collaborative learning serve best for this aim. Communicative language teaching is based on real life situations that require communications. By using this method is ESL classes, students will have the opportunity of communicating with
each other in the target language. In brief ESL teachers should create a classroom environment where students have real life communication, authentic activities, and meaningful tasks that promote oral language. This can occur when students collaborative in groups to achieve a goal or to complete a task.
Speaking is a crucial part of second language learning and teaching. Despite its importance, for many years, teaching speaking has been undervalued and English language teachers have continued to teach speaking just as a repetition of drills or communication of dialogues.
Speaking requires that learners not only know how to produce specific points of language such as grammar, pronunciation, or vocabulary (linguistic competence), but also that they understand when, why, and in what says to produce language (sociolinguistic competence). Finally, speech has its own skills, structures, and conventions different written language (Burns & Joyce, 1997 : Carter & McCarthy, 1995)
However, in addition to being an important skills, speaking is also e very great challenges for foreign language learners. Students in certain ways must master several difficult macro skills, including the pronunciation or grammar phonemes, the correct placement of stress and intonation, and the appropriate use of formal and informal expressions. To complicate matters, as well as so many obstackes arise, students in an English as a foreign language (EFL) like Indonesian’s students. We have a very limited opportunities to speak English outside of the classroom, the only places we use and practice our target language is in the classrooms. Some experts wonder and poster questions whether teachers, lecturers, and students use the target language in the classroom while teaching.
Besides that, a problem again for students who study English as a foreign language or second language is lack of effective interaction strategies, for example : there are two parts to the speaking component, an individual presentation (Task A) and group discussion (Task B). Task A requires candidates to convey facts, to explain, express preferences and to make decisions. Task B tests the ability of the candidates to interact and take turns to negotiate meaning, to manage discussion and to close discussion, most of learners, throygh observation are able to communicate their ideas and thoughts fairly well in the individual task (Task A). However, they are not able to participate effectively in group discussion or do cooperative learning models (Task B). it is found that the inability to play an effectively in group discussion is due not only to a lack of vocabulary but also lack of effective interaction strategies, in order to play an active role in group discussion or do cooperative learning, students first of all need to know how to interact and this requires interactive strategy learning.

SQ Versi Islam

C. SQ Versi Islam
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang, titik kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia. Spirit dalam pandangan Islam memiliki makna yang sama dengan al-ruh, walaupun dalam tinjauan psikologi Barat kontemporer berbeda dalam Islam. Pemahaman al-Ruh tidak terlepas dari QQ. Surat An-Nisa; : ayat 85 dan QS. Sajdah ayat 9.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual menurut versi Islam yang insyah Allah bermanfaat untuk memperbesar rasa takwa dengan menyempurnakan rasa tawakkal serta memurnikan pengabdian pada-Nya.
1. Meluruskan Niat
2. Berdo’a Sebelum Melangkah
3. Menjaga keimanan dan kebersihan hati
4. Banyak tafakkur
5. Menyandarkan pilihan pada pilihan anda.

What is SQ (Spritual Question)

A. Pengertian Kecerdasan Spritual / Spiritual Quotient (SQ)
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dua nama yang selalu disebut ketika dihadirkan konsep kecerdasan spiritual. Dalam karyanya AQ : Spritual Intelligence The Ultimate Intelligence, yang diterbitkan awal tahun 2000, mendakwahkan kecerdasan spiritual sebagai puncak kecerdasan., kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar.
Kecerdasan inilah yang menurut para pakar sebagai penentu kesuksesan seseorang. Kecerdasan ini menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri manusia. Kecerdasan ini menjawab dan mengungkapkan tentang jati diri seseorang, “Who I am“. Siapa saya? Untuk apa saya diciptakan?
Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama yang mengajak umat manusia untuk ‘cerdas’ dalam memilih atau memeluk salah satu agama yang dianggap benar. Kecerdasan spiritual lebih bmerupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang ‘cerdas’ dalam mengelola dan mandayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan spritualnya. Kehidupan spiritual disini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) yang emmotivasi kehidupan manusia untuk senantiasa mencari makna hidup (The meaning of life) dan mendambakan hidup bermakna (The meaningful life).
Kecerdasan spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang bahwa seseorang yang taat beragama belum tentu memilki kecerdasan spiritual. Acapkali mereka memiliki sikap fanatisme, ekslusivisme, dan intoleransi terhadap pemeluk agama lain, sehingga menmgakibatkan permushan dan peperangan. Namun sebaliknya bias jadi seseorang yang humanis non agamis memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, sehingga sikap hidupnya inklusif, setujua dalam perbedaan (agree in disagreement) dan penuh toleran.

Jumat, 08 Januari 2010

mursyidah Blog

Senin, 12 Oktober 2009
English member in West Sumatera Earthquake place

12 October 2009 sunday, English member go to Padang Pariaman especially go to Tandikek which is the place as victim also in West Sumatera earthquake, we are sad when we look anything there, some homes were broken and they make tend like scout camp, we help what we can help them such us give "Sembako" and try to make them happy. We hope they can be happy again like before. We hope Allah blessing them.

diposkan oleh syidah @ 18:41 0 Komentar
Senin, 05 Oktober 2009

I have a friend. she is beautiful and so kind and I considered her as my best friend, besides that I have high motivation to study hard because of her.

diposkan oleh syidah @ 18:30 0 Komentar

;;

Template by:
Free Blog Templates